Tuesday, February 5, 2013

Sweetest Thing in January: Suddenly Middle East (Part 4 - Still Makkah)

Hati-hati dengan yang di hati
Ini beneran, membatin aja bisa jadi kenyataan. Tapi intinya adalah, apapun yang terjadi semua memang harus dialami, entah kebaikan atau pelajaran. Semuanya cuma akan nambah kaya, semuanya cuma akan nambah dekat kepada-Nya, sejauh kita yakin akan kasih sayang-Nya. Masing-masing yang pernah ke sana pasti punya cerita, yang akan ke sana juga pasti akan punya cerita. Antara dia dan Rabb-nya.

Hajar Aswad
Bicara dalam hati: apa sih istimewanya batu ini? Kenapa juga sampe direbutin kayak gitu? Kenapa pada histeris? Mukanya pada sangar-sangar pula mau rebutan cium/pegang. Beneran deh, saat itu saya apatis, tapi penasaran juga. Waktu thawaf pertama, nggak dapet. Kedua juga nggak pegang. Eh, pas thawaf ketiga, sudah selesai putaran ke-7 tinggal sholat doang, tiba-tiba Mbak Sita kebawa arus aja dong. Saya mah santai, cuma berujar pelan: "Ya Allah, kalau emang saatnya bisa megang itu sekarang, bukain jalannya, mudahkan jalannya Ya Allah...." Dan alhamdulillah, emang lagi rejeki saat itu.

Kirain mah, batunya bentuknya nonjol, ternyata melengkung ke dalam. Begitu bisa pegang, baca doa, lalu cium tangan yang tadi nyentuh kan. Seketika sadar, kalau saya ada di kerumunan banyak orang, kaki dan tangan gemeteran, air mata nggak terbendung dan malah pelukan sama Mbak Sita. Mulailah teriak-teriak setelah itu "I'm done, I'm about to out..." Ajaibnya, itu orang-orang yang tadinya mukanya pada sangar langsung berubah seakan ngucapin "selamaaaattttt ied.... ayo gantian dong..."

Langkah masih gontai menuju maqam ibrahim untuk sholat. Nggak tau kenapa ya, rasanya semuanya bergetar aja. Langsung ngerasa kecil, langsung ngerasa lemah, tapi di saat bersamaan rasanya kayak jatuh cinta, kayak bersemangat. Bahagia dan bersyukur sangat. Sholat pun masih sambil gemeteran. Sensasinya itu, luar biasa dan ngangenin!

Setelah kejadian itu, saya dan Mbak Sita tetap berusaha konsisten thawaf. Alhamdulillah, di thawaf berikutnya bisa cium hajar aswad. Alhamdulillah...

Masjidil Haram juga punya banyak cerita. Mulai dari yang berantem sama orang Arab, tukeran kurma sama orang Turki, ngajarin ngaji orang Jordania, kongsian sama orang Malaysia... Ngobrol sama orang Palestina, Oman, Bahrain, Maroko.... Nonton muka-muka Jepang sama Korea lagi ngaji. Ah, this sisterhood and brotherhood is sooooo beautiful and peaceful. Belum lagi saat thawaf itu, mana ada perasaan kuatir sama orang asing? Yang ada mbrebes mili waktu rame-rame teriak bismillahi allahu akbar di titik yang sama dengan aksen-aksen yang beda.

Trus, ternyata di Mekah, saya nggak melulu kamar-masjid-kamar-masjid. Pak Ustadz Ali Fikri ngajak city tour juga. Pertama ke Kandang Unta (saya nggak pernah doyan susu putih ternyata bisa juga minum susu unta, fresh pula; rasanya kata orang-orang mirip bear brand), trus ke Masjid Hudaibiyah, lanjut lagi ke 2 museum masjid suci. 

Pojok kiri atas: minum susu onta, pojok kanan atas: gangguin onta pacaran, bawah: rombongan jamaah

Inside Two Holy Mosque Museum
Masjid Hudaibiyah yang air-nya asin

Esok harinya, sempat juga kami memandangi Jabal Tsur, Jabal Rahmah dan melintasi track haji: Mina, Arafah, Muzdalifah.

Kiri atas: track Jabal Rahmah, Kanan atas: Jabal Tsur, Kiri bawah: Muzdalifah, Kanan Bawah: puncak Jabal Rahmah

Lalu, hari-hari terakhir, kami habiskan dengan mabit, ibadah rutin, dan pastinya belanja-belanja sedikit. Favoritnya sih beli ruthab alias kurma muda yang manis.

And, in our final last day.... apalagi kalau bukan mewek berjamaah... Inget ini semuaaaa....



I think, I really have found a place called Real Home. Definitely couldn't move on now, dear God :)

2 comments:

Gia Nia said...

take me there....:)

ied said...

Yuuuukkkkk... Pengen balik pun aku...