Monday, December 31, 2012

Good...bye...

Beberapa jam sebelum malam yang paling saya benci dalam setahun. Malam tahun baru. Cuma suka kembang api-nya aja, sisanya nggak bikin saya nyaman.

Agak gimana gitu, menutup 2012 dengan jadi perempuan yang tiba-tiba sentimentil dan gampang nangis. Padahal biasanya kalau disuruh nangis atau emang terluka banget, teteup susaaaaaahhhh nangis... Eh, ini tiba-tiba jadi sensitif tingkat akut. Ga papa lah, nikmatin aja asinnya si air mata. Hehe...

Kalau 2011 adalah tahun hancur-hancuran dan berusaha banget untuk bangkit, maka 2012 ini bisa saya simpulkan tahunnya: belajar BERSYUKUR. 

Memang masih belajar untuk SABAR dan IKHLAS, tapi 'tamparannya' lebih ke -->> ayo bersyukur.

Alhamdulillah...
>> Selalu punya keluarga dan sahabat yang tetap sayang walau saya-nya lagi agak-agak kacau. Walau kadang dipeluk, kadang diomelin kenceng, itu karena semua peduli sama saya.
>> Bisa bikin cake mahal walaupun sekarang kayaknya udah lupa caranya :D
>> Punya ponakan beneran.
>> Beli pocket camera baru.
>> Jadi pembicara lagi, setelah 2 tahun nggak ngomong di depan banyak orang, dan kali ini jadi pembicaranya buat ngomongin soal humas, bukan motivating orang lain
>> Weekend-an di Dieng dan dapat beberapa kenalan
>> Trip 9 hari ke China bareng Shima  
>> Akhirnya setelah 2 tahun 11 bulan, diangkat jadi PNS
>> Akhirnya beli hp android setelah si bb jadi gembel
>> Nemu akun twitternya @BonsaiSky dan @IslamicThinking yang bikin saya merasa 'nggak diadili' tapi 'disayangi'

Masih harus belajar:
>> Menahan diri dari curiosity terhadap urusan orang lain, terutama urusan dia-dia yang bikin hati jadi nggak karuan (well, untung ubersocial di bb punya opsi mute, dan tweetcaster di android punya zip. Tinggal menguatkan hati agar lapang dan ikhlas untuk nggak mengusik ketenangan diri:), which is ini agak-agak susah ya). Eh, recent updates di bb apa kabar ya? Ah, sudahlah :))))
>> Menghargai dan menilai diri sendiri secara positif. Nggak membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Belajar lebih percaya diri.
>> To have more faith, put a trust and listen more
>> Fokus, hidup di sini-kini... Living in a moment gitu...

Untuk 2013
Sebuah rencana lama yang pada akhirnya malah hampir terealisasi secara impulsif, tapi saat ini paling kelihatan di depan mata. Kalau kemarin sudah ke Asia Timur, semoga kali ini lancar semua rencana ke Asia Barat-nya. Semoga surat cuti-nya cepat keluar. Semoga badannya sehat. Semoga bisa bikin hidup saya lebih bermakna. Semoga ketemu jalan baiknya. Semoga nggak nyusruk ke lubang yang sama lagi di 2013 ini.

Buat orang-orang yang masih dan akan tetap ada untuk menguatkan, semoga diberi-Nya kebaikan berlipat. Yang mampir tanpa diharapkan atau yang ngasih kejutan di perjalanan 2012 saya, makasih juga. Lesson learned kok:)

Buat harapan-harapan baik.... Aamiin
Buat semua tantangan yang muncul, mohon dikuatkan Ya Rabb...

Wednesday, December 26, 2012

A woman's gotta do what a woman's gotta do

Eliminate what is needed to be eliminated
Forgive who is needed to be forgiven
Forget what doesn't need to be remembered
Smile and heads up


Have a faith...
"Selalu ada jalan, kalau kita mau jalan"

Sunday, December 23, 2012

Sparkling Eyes


They say my eyes seem to sparkle everytime I talked about it. Well, I think the combination between smile and tears make it that way

:-)

:'(

Friday, December 21, 2012

Mean Moms



 Copy-paste lines yang bagus, yang cocok buat Hari Ibu-an... Happy Mother's Day ya Ibuuu...


Someday when my children are old enough to
understand the logic that motivates a parent,
I will tell them, as my Mean Mom told me:
‘I loved you enough to ask where you were going,
with whom, and what time you would be home.

I loved you enough to be silent and let you
discover that your new best friend was a creep.

I loved you enough to stand over you for
two hours while you cleaned your room,
a job that should have taken 15 minutes.


I loved you enough to let you see anger,

disappointment, and tears in my eyes.

Children must learn that their parents aren’t perfect..

I loved you enough to let you assume the
responsibility for your actions even when the
penalties were so harsh they almost broke my heart.

But most of all, I loved you enough to say
NO when I knew you would hate me for it.

Those were the most difficult battles of all.

I’m glad I won them, because in the end you won, too.
And someday when your children are old enough to
understand the logic that motivates parents, you will tell them.

Was your Mom mean?

I know mine was.

We had the meanest mother in the whole world!
While other kids ate candy for breakfast,
we had to have cereal, eggs, and toast.


When others had a Coca Cola and chips for lunch,
we had to eat home cooked meals.


And you can guess our mother fixed us a dinner that was
different from what other kids had, too.

Mother insisted on knowing where we were at all times.

You’d think we were convicts in a prison.


She had to know who our friends were
and what we were doing with them.
She insisted that if we said we
would be gone for an hour, we would be gone for an hour or less.

We were ashamed to admit it,
but she had the nerve to break
the Child Labor Laws by making us work.


We had to wash the dishes, make the beds,

learn to cook, vacuum the floor, do laundry,
empty the trash and all sorts of cruel
jobs.

I think she would lie awake at night
thinking of more things for us to do.

She always insisted on us telling the truth,
the whole truth, and nothing but the truth.

By the time we were teenagers,
she could read our minds
and had eyes in the back of her head.
Then, life was really tough!

Mother wouldn’t let our friends just hoot at the gate
when they drove up
They had to come up to the door
so she could meet them.



Because of our mother we missed out
on lots of things other kids experienced.

None of us have ever
been caught shoplifting, vandalizing other people’s
property or ever arrested for any crime.

It was all her fault.

Now that we have left home, we are all educated, honest adults.
We are doing our best to be mean parents just like Mom was.

I think that is what’s wrong with the world today.
It just doesn’t have enough mean moms!’


PASS THIS ON TO ALL THE MEAN MOTHERS YOU KNOW.
(And Their Kids)

Thursday, December 13, 2012

The Script #3


Lagi seneng dengerin album ini. Terutama yang Hall of Fame, bikin semangat maaakkkk....


Don't wait for luck
Dedicate yourself and you can find yourself

Standing in the hall of fame (yeah)
And the world's gonna know your name (yeah)
Cause you burn with the brightest flame (yeah)
And the world's gonna know your name (yeah)
And you'll be on the walls of the hall of fame

Tuesday, December 11, 2012

Still in 2012

When life surprises you, don't be afraid to take a LEAP of FAITH

-Leap Year, Movie, 2010-

Thursday, December 6, 2012

Tuesday, December 4, 2012

Rainbow After The Rain

http://nengshare.blogspot.com/2012/08/between-sun-rain-and-rainbow.html


So, I don't want to hold it back this time
And, I just can't

Let's Meet At The Top!

Situ Gunung, Sukabumi.
Hari pertama di bulan Desember 2012.
Tugas pagi itu: temukan titik akhir. SENDIRI.
Medan: hutan penuh tanaman berduri, rambat, pohon besar, tebing dan jalur curam yang basah karena hujan semalam.
Hiburan: semut rangrang, serangga hutan, komplit dengan suara-suaranya.
Bekal: skill, knowledge dan kompas.
Nama Peserta: Ied Sabilla
Sudut daki: 161 derajat (angka macam apa ini?)

Your attitude would determine whether you'd reach the finish line.

Saya, kompas, dan peta seringnya punya masalah. Maka ketika diberitahu bahwa saya harus mendaki ke arah 161 derajat dari titik keberangkatan, ya pasrah saja.

Selayaknya orang yang mengerti kekurangan diri, maka dari awal saya sangat berhati-hati menerabas hutan ke arah 161 derajat. Berkali-kali melakukan back azimuth atau melakukan cek balik sudut yang saya tempuh. Sempurna.

Sampai ketika saya mendengar suara teman 1 tim Dhini jatuh terguling dan Mas Anto yang berdarah berteriak-teriak tanpa saya bisa melihat mereka, karena tertutup lebatnya tumbuh-tumbuhan hutan, saat itulah saya melihat ke bawah. Kecut hati saya. Melihat ke belakang pun hanya membuat hati saya makin kacau, jadi saya tetap memanjat ke arah depan meski sempat terpeleset dan jatuh karena tanah yang saya pijak longsor.

Ketika rasa lelah mulai memuncak dan tangan mulai berdarah-darah akibat tertusuk duri dan perih karena gigitan semut, yang saya ucapkan ke diri saya saat itu adalah: finish line-nya pasti ketemu, keep climbing! Walau saya pikir saya kayaknya agak mencong nih, sekitar sekian derajat. Efek disorientasi.

Lalu saya pikir saya hampir tiba di titik akhir. Masih melakukan track arah dengan kompas. Ah, sepertinya arahnya benar. Tapi kenapa jalan yang akan saya tempuh ini penuh pandan berduri besar-besar dan menutupi jalan ya? Dan kenapa untuk tiba ke bukit pandan itu jalannya tegak lurus tanpa pegangan ya? Apa kali ini saya harus putar jalan?

Dan yang saya lakukan adalah.... Nekat dong! Udah tau jalannya susah, udah tau bakal jatuh, udah tau banyak duri, udah tau nggak ada pijakan, eh tetap manjat dan merayap di tanah. Hasil akhir: tanah longsor! Saya merosot jatuh, nyangkut di batang pohon. Lalu ngomong sendiri, "Ya Allah, begini amat ya jalan gw. Apa diem di sini aja sampe ditolongin orang? Apa harus muter jalan ya? Tapi kan jauh juga untuk balik ke bukit pandan berduri itu."

Selama beberapa menit saya diam. Pikiran melayang kemana-mana. Ke rumah dan ke orang-orang yang saya sayang. Apa saat itu mereka mikirin saya ya? Ada yang rindu saya nggak ya? Nah, mulai lah mikir aneh-aneh. Kenapa sih, kok susah amat nemu jalan keluar?

Akhirnya saya memutuskan untuk bergerak. Puter jalan lah daripada stuck di batang pohon. Toh tujuan saya jelas: bukit pandan berduri. Nggak bakal ketuker penandanya. Jadi, berjalanlah saya. Melenceng agak jauh, tapi jalannya enak, lurus dan besar. Ketika saya ada di titik bisa belok ke bukit pandan berduri, saya malah mendengar suara teman-teman saya. "Eh, siapa tuh ada suara orang? Sabillaaa..." Mendengar nama saya dipanggil saya melangkah cepat ke sumber suara, meski sebenarnya dalam hati tetap ingin berbelok arah yang saya tuju semula.

Sampai di tempat teman-teman saya, tiba-tiba fasilitator kelompok kami muncul dan mencatat waktu ketibaan saya sambil berkata, "Cuma Bu Iid yang muncul di tempat finish yang seharusnya. Teman-teman yang lain agak melenceng."

Ekspresi nggak jelas nemu finish line

Bengong lah saya. Apa saya senang? Biasa saja, karena masih memikirkan si bukit pandan berduri tadi. Kalau saja Allah nggak bikin saya jatuh. Kalau saja saya tetap diam tak bergerak di batang pohon. Kalau saja saya nggak memutuskan putar jalan, saya nggak akan menemukan jalan keluar yang benar.

Emang kadang begitu. Harus dibikin jatuh dulu untuk tau jalan yang harusnya ditempuh itu mana. Sama kayak kita. Kita menuju ke arah yang sama. Mencari kebahagiaan. Mungkin sudut kita berangkat yang beda. Mungkin pada akhirnya melenceng dari yang diharapkan.

Kalau kata Dhini: yang penting jalan terus, pasti ada finish-nya. Meski harus muter, atau kena duri, atau jatuh. Dan jangan sering-sering lihat ke belakang atau ke bawah, malah tambah takut. Manjat aja terus.

So, let us be strong, be good, let's keep on moving with our own way. Let's meet at the top!


Monday, November 19, 2012

Kado Dudul


Dimasa-masa krisis karena lagi jauh dari passion dan kerjaan yang nggak jelas, status BBM-nya sepupu bikin bahagia deh. Dia bikin cuma gara-gara saya kirim kado buat ultah anaknya. Padahal ya, kadonya juga sembarangan, cuma saya beliin crayon aneka warna, tempat pensil sama notes. Kadonya pun masih dikirim via Pos Indonesia.

Dasarnya, saya memang orang yang nggak pintar dan cenderung ceroboh kalo beli kado. Kemarin pernah mau bikin surprise, eh sekarang malu sendiri karena nggak riset. Akhirnya mau saya endepin aja deh itu kadonya karena pasti basi kalo dikasih ke orangnya.

Well, intinya, status si sepupu ini bikin saya senyum. Hal yang kecil buat saya ternyata bisa bikin orang lain senang. Just like exchange smile with strangers. Surprisingly make me happy. Alhamdulillah:)

Monday, November 5, 2012

Muntab

Mendung siang ini bikin tambah pingin nangis deh. Di sini, saya hampir nggak pernah bahas kerjaan. Tapi, ini udah 2 tahun lebih dan berkas CPNS saya belum bergerak-gerak. Nggak fair sih memang karena yang lebih muda dan lebih lama masuknya dari saya malah sudah diproses duluan. Ah, harusnya sudah bisa mikir lebih jauh soal masa depan, tapi kalo kondisi hati lagi nggak beres gini, jadi nggak bisa positif.

Dan keselnya, saya bukan orang yang strategis untuk urusan ini, jadi nggak bisa berbuat apa-apa selain mencari informasi. Perasaan muntab, gondok, dan emosi jahat lainnya sudah ngumpul. Jadi, menenangkan hati orang lain pun rasanya saya bisa frustrasi.

Walhasil, saya lebih memilih diam, daripada tidak bisa mengendalikan diri. Hey you, I'm sorry I can't do better than this. Cuma bisa doa, semoga badainya cepat reda, jalan jadi 100% nya kebuka lebih cepat.

Side Dish

A : Hmmm.... a side dish.
B : Side dish?
A : Yeah, just like salad, french fries, soup, vegetables.

B : So, what's the main course?
A : Rice, for sure.

B : I think some people and myself prefer side dish to main course because sometimes if the main course won't make you feel happy, you must still eat to survive. Side dish helps. Side dish heals. You know that.

A : Really?
B : Well, what can I say?
A : Yeah, you're rite

Tuesday, October 30, 2012

James Morrison - Please Don't Stop The Rain


Hujan gini, jadi inget sama lagu yang satu ini.

If it’s going to be a rainy day 
There’s nothing we can do to make it change  
We can pray for sunny weather  
But that won’t stop the rain
You’re feeling like you’ve got no place to run  

I can be your shelter 'til it’s done  
We can make this last forever  
So please don’t stop the rain
 
Let it fall, let it fall, let it fall

Wednesday, October 10, 2012

Foto Bareng

Sudah 2 tahun lebih saya tugas di Balaikota, baru bisa minta foto bareng di akhir jabatan Bapak. Mungkin Bapak nggak kenal juga sih nama saya siapa. Tapi saya yakin (PD bener) Bapak ngeh kalo liat muka saya yang suka wara wiri megangin teks (karena kita suka nggak pake teleprompter kalo Bapak syuting) atau ikutan megang voice recorder buat ngerekam omongan Bapak atau Bapak mungkin pernah baca konsep saya yang pastinya sering Bapak coret-coret (tetep lho gw usaha:D)

Akhirnya foto sama Pak Fauzi Bowo bonus muka Pak Arief Rachman sebagai latar:p

Intinya, makasih lho Pak buat beberapa pelajarannya, terutama tentang 'riset dulu, sebelum nanya'. Bangga pernah kerja bareng orang pintar seperti Bapak:)

Tuesday, October 9, 2012

Trip to China Part 3 - What's Left


We love you, Kate
Kece berkat si Kate
Pertama bertemu di Window of The World. Seorang wanita lokal paruh baya yang mengantarkannya ke tangan kami. Sempat terjadi perdebatan dalam proses penyerahannya.

Eh, lebay! Ini ngomongin si Kate doang padahal. Topi penyelamat dari bahaya panas dan hujan serta pemanis saat penampilan sudah kumal. Kenapa namanya Kate? Gara-garanya saya suka sok-sok-an bergaya macem Kate Middleton. Jadi suka keterusan nyebut: jangan lupa si Kate dibawa. Maka, sedih sangatlah kami saat si Kate ketinggalan di pesawat Shenzhen-KL. Emang si Kate ini limited edition. Edisi China doang ya, Kate.


China di mata perempuan 20 tahun
Anita, yang nama China-nya saya lupa. Pertama bertemu dalam cuaca angin dingin Guilin Cuma memakai t-shirt dan celana pendek serta wedges, sementara saya pakai pakaian panjang lengkap dengan cardigan. Punya keinginan kuat untuk bisa berkomunikasi dengan orang asing dan memang bahasa Inggris-nya sangat-sangat lumayan dibanding yang lain.

Si Anita
Pertanyaan pertama Anita: “So, in Indonesia, which one is called beautiful, fat or thin?”, sambil dia memandang saya yang ceking dan Shima yang lebih berisi. Yuk mari, isu berat badan ini kok penting amat ya di China?

Dengan gaya duta bangsa, saya dan Shima berkolaborasi hingga menghasilkan jawaban yang seingat saya intinya: “it depends on how the women behave”, yak okesip lah jawabannya.

Percakapan panjang terjadi di dalam bus kembali dari Yong Shuo ke Guilin. Dari Anita kami mengetahui bahwa perempuan China memang dituntut untuk menjadi cantik agar mendapatkan pasangan. Yang sudah mendapatkan pasangan pun harus was-was kalau tidak bisa menjaga keindahan tubuhnya. Bahkan, bila telah menikah, tidak sedikit pria China yang berpikir mencari pendamping lain atau melakukan poligami demi memandangi pasangan yang kinclong. Eh tapi, yang perempuan juga begitu. Poliandri mungkin terjadi bagi mereka yang banyak uang. Trus bagaimana dengan gaya para pria? Well, mereka akan menata rambutnya dengan gaya dan memakai pakaian mahal.

Buat Shima.... Hey, I'm sorry, best friend
Iya, gw mengacau. Menurut lo, mungkin di umur segini udah nggak seharusnya jalan sama sahabat tapi sama pasangan. Kenapa lo ngomong gitu? Karena lo melihat ada masa-masa di mana gw nggak fokus. Pikiran gw ada di suatu tempat dan bukan bersama lo. Gw jadi seperti ansos di perjalanan kali ini. Lo tau, gw sebenarnya cuma baca ulang sms, chat, dan email yang kesimpen di bb gw. Mungkin lo bener, gw lebay merindu. Kalau lo mau tau yang sesungguhnya terjadi, gw pun bingung lagi kenapa. Too much question marks and I myself just couldn't answer. Sorryyyyyy.....

Well, maafkan gw ya Shima. Ego gw bilang: suka-suka gw dong, mau ngapain di perjalanan ini. Toh, gw selalu nimpalin kalo lo ajak ngomong. Sebenernya lo tinggal bilang sih: “udah napa maen hp-nya”. Pasti gw stop juga. Cuma ya, namanya kita sama-sama lagi capek dan gw juga lagi kurang peka. Gw cuma bisa minta maaf dan berharap, ya kalo So7 bilang, ini adalah salah satu Kisah Klasik kita untuk Masa Depan.


Trip to China Part 2 - Places We Visited

Tiap perjalanan punya tantangan dan kemudahannya masing-masing. Rute bisa nyontek, kenyataan di lapangan, sangat mungkin beda jauh.

4 kota 2 provinsi
Shenzhen dan Shao Guan di Provinsi Guangdong lalu Guilin dan Yangshou di Provinsi Guangxi. Kalau orang lokal melafalkan, yang terdengar di telinga saya itu: sencen, shakwan, kuiling, dan yongshwa

Shenzhen:
 
Borobudur, Stonehenge, Taj Mahal, US, Holland, Niagara Falls, Egypt
Setelah naik bus swi swi ow alias 330 seharga 20 yuan dan taksi 15 yuan, kami tiba di Muslim Hotel. Esoknya, makan di Muslim Restaurant yang lokasinya sebelahan. Lalu, jalan kaki untuk naik metro dari Stasiun Hubei dan mengarah ke Window of The World (WoW) lalu ke Splendid China. Di WoW kami liat miniatur bangunan terkenal. Oia, jangan lupa naik wahana Bratahild (duduk di kereta, pake seat belt dan nikmati kegelapan sempurna sambil jerit-jeritan bukan karena serem, tapi karena seru, macem naik rollercoaster tapi kita nggak lihat track-nya). Nah, kalau Splendid China, jujur karena kami dudul sudah kemaleman, jadi, nggak ada cerita ah. Hehe...

Shao Guan:
Dari Shenzhen, kami menempuh sekitar 5 jam perjalanan dengan kereta senilai 86 yuan. Lama banget itu kereta jalannya. Menjelang malam hari, akhirnya kami tiba di Shao Guan Dong. Tujuan utama kami: Danxia Mountain! 

Ternyata oh ternyata, harus menempuh 48 km lagi hingga tiba di Danxia dari stasiun Shao Guan. Untung, orang yang kami tanya mengerti maksud kami walaupun tetep ya, pake BAHASA TUBUH. Diiringi hujan rintik-rintik, dengan tas gembolan yang lumayan spektakuler ini, kami naik bus terakhir seharga 16 yuan ke Danxia. Iya, kayaknya sih bus terakhir, orang terminalnya udah sepi banget. Turun di kawasan Danxia, hidup belum aman. Penginapannya belum ketemu. Alhamdulillah, penduduk situ mau bantuin telpon ke penginapan, jadinya, kami dijemput oleh pemilik penginapan. Dan saya sadar, payung saya dari zaman kuliah ketinggalan aja dong di bus.

Keesokan harinya, dimulailah perjalanan di Danxia Mountain.
Bercandaan saya dan Shima: Gunung Jorok, soalnya isinya: male stone, double breast, female stone. Tapi, karena pemandangannya subhanallah bagus banget, kami terpana aja dong. Nah, untuk masuk kawasan wisata ini, beli tiket 100 yuan, trus naik boat mengarungi sungai seharga 90 yuan, kalau mau naik cable car 60 yuan (bolak-balik). 
Nih gunung jorok. Kiri bawah: double breast, tengah bawah: female stone, kanan bawah: male stone

Tengah: penginapan Dan Xia Impression Hotel Shaoguan, kiri atas: Shima naik cable car, kanan atas: kuil di atas bukit, kiri bawah: boat melintasi sungai, kanan bawah: lintasan jalan di Kawasan Danxia Mountain


Hari berikutnya, sambil menunggu kereta malam ke Guilin, kami jalan-jalan di kota Shao Guan. Tas kami titip di stasiun dan dengan isengnya mencari-cari pasar. Pertama pasar tradisional. Ternyata banyak mooncake di kota ini. Oh iya, akhirnya saya beli payung baru. Horeeee... Lalu setelah itu, kami berjalan-jalan di tempat yang bernuansa lebih modern. Lupa, namanya apa. Hehe... 
Shao Guan City

Lucunya, di tempat ini, kami dengan pakaian kami menarik perhatian banyak orang. Kata Shima, kalau Mulan Jameela ada di tempat ini maka nggak akan menarik perhatian karena rata-rata perempuan di tempat ini: putih, seksi, gaya, dengan sepatu hak tinggi. Si Mulan banget kan. Nah, lihatlah gaya kami. Iya, gimana nggak diomongin? Saya sih cuma mikir: oh, gini toh rasanya jadi pusat perhatian:D


Guilin – Yang Shuo
Setelah Danxia Mountain, wisata alam berikutnya adalah Guilin. Katanya sih, belum ke China kalau belum ke sini. Jadi kami menempuh perjalanan semalaman dengan kereta seharga 92 yuan (dengan dudulnya lagi kami nggak tau jadwal kereta jadilah rugi semalam). Rencana awal setelah telat sehari: titip tas di stasiun, explore Guilin, ambil kereta malam kembali ke Shenzhen. Realisasi: ketemu seorang petugas pusat informasi-yang-ternyata-kemungkinan-adalah-orang-marketing-nyebelin dan dengan kalimat cihuynya membuat kami menginap semalam di Guilin dan balik ke Shenzhen pagi-pagi dengan bus seharga 240 yuan (mahal bo’).
Guilin

Untung kami menginap di Ming Palace International Youth Hostel ini yang murah tapi bagus dan banyak bulenya (penting) dan di tempat ini bertemu dengan 2 teman baik hati: Anita dan Louis. Pengalaman menyenangkan pun dimulai... Setelah naik bus sekitar 1 jam, kami tiba di Yang Shuo dan ikut bamboo boat tour sepanjang Li River seharga 180 yuan (termasuk harga bus ke Yang Shuo). Oh iya, Guilin dan sekitarnya lagi kencang angin gunungnya. Sampe oleng, jalan di tengah kota. 
West Street and Li River