Monday, February 25, 2013

The Only Way is UP!



It's never too late to turn it back around
Yeah I know you can
Don't bury your demons deep in the ground
When it all falls down
The only way is up, up, up
The only way is up, up

Thursday, February 21, 2013

Di Jakarta Aja

I went to Textile Museum and Jakarta Old Town (where ceramic museum, puppet museum and fatahillah museum are located) last Tuesday. This time to accompany the wives of Jakarta Administration officials. Though I couldn't really enjoy, but several pictures could make me smile. Enjoy!

Textile Museum where we could learn how to paint batik
On the way to Old Town in the middle of traffic jam, froze this old man painting the face of some public figures

Hermes statue at the backyard of Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah Museum)

Museum Sejarah Jakarta, known as Museum Fatahillah. Btw, I love the tree

Puppet Museum/Museum Wayang
Would you ride this beautiful bike with me? :)



Tuesday, February 12, 2013

Ngobrol Yuk!

Memang nggak seharusnya semua omongan orang itu didengar. Tapiiii.... ya kadang suka agak gatel juga sih sama orang-orang yang nggak kenal dan nggak paham kondisi kita lalu mereka nge-judge. Dan, parahnya lalu ngomongin di belakang.

Maksud saya, kalau nggak tau, mbok ya nanya. Kalau curiga mbok ya dicaritau dulu. Kalau punya kecenderungan berburuk sangka, mbok ya cari alasan dulu untuk bener-bener berburuk sangka. Tiap orang kan punya alasan untuk melakukan sesuatu atau membuat pilihan.

Kenalan, trus ngobrol... Susah ya??? (senyum...)

Wednesday, February 6, 2013

Sweetest Thing in January: Suddenly Middle East (Part 5 - Stop by: Dubai)

Arab Saudi memang sedang musim dingin walau siang hari matahari tetap terik. Anginnya itu yang kadang nggak nahan. Kenceeeengggg man! Ya tau sendiri, kan badan saya adaptif aja sama angin manapun. Kejadian deh masuk angin walaupun udah pake sweater. Adegan pijit-pijitan pastinya sempet terjadi di dalam Masjidil Haram :D

Hujan malah baru turun ketika kami meninggalkan Mekah untuk kembali ke tanah air. Eh Ya Allah, ini berasa dinangisin lho sama tanah suci itu. Pose dramatis pun otomatis tercipta (kebanyakan nonton film sih): nempel di kaca bus jam 4 pagi, air mata ngembeng, mata nggak mau lepas dari Masjidil Haram dan Zamzam Tower.

Zamzam Tower
Berhubung sholat subuh di sana itu pukul 05:45 dan syuruq itu pukul 07:00, rombongan diarahkan untuk sholat di Masjid Arrahmah atau Masjid Terapung di Kota Jeddah yang memang sudah dekat dengan Bandara Internasional King Abdul Aziz.

Masjid Arrahmah, Jeddah
Selepas subuhan, kami sarapan dan lanjut urus ini itu di bandara untuk berangkat ke Dubai.

Mbak Ita, Mbak Sita, Saya, Mbak Eni, Mbak Nungki, Bu Ida dan anaknya. Ngobrol banyaaaakkkk sambil nunggu
Penerbangan ke Dubai ditempuh sebentar saja. Nggak gitu concern saya sama detilnya karena terlampau murung meninggalkan negara yang 1 itu. Sampai di Dubai, urusan visa on arrival-nya agak lama. Kami baru bisa meninggalkan bandara pukul 18:00 waktu setempat dan langsung city tour.

Kiri Atas: Hotel Atlantis, Kanan Atas: Dubai Mall The Biggest, Kiri Bawah: di tepi Burj Al Arab, Kanan Bawah: nonton fountain show di depan Burj Al Khalifa The Tallest

Besoknya, udah balik lagi ke Jakarta. Hiks... kerja lagi kitaaa. Tapi harus semangat, biar bisa nabung lagi, biar bisa balik lagi. Semoga segera dipanggil lagi Ya Allah. Aamiin...

Tuesday, February 5, 2013

Sweetest Thing in January: Suddenly Middle East (Part 4 - Still Makkah)

Hati-hati dengan yang di hati
Ini beneran, membatin aja bisa jadi kenyataan. Tapi intinya adalah, apapun yang terjadi semua memang harus dialami, entah kebaikan atau pelajaran. Semuanya cuma akan nambah kaya, semuanya cuma akan nambah dekat kepada-Nya, sejauh kita yakin akan kasih sayang-Nya. Masing-masing yang pernah ke sana pasti punya cerita, yang akan ke sana juga pasti akan punya cerita. Antara dia dan Rabb-nya.

Hajar Aswad
Bicara dalam hati: apa sih istimewanya batu ini? Kenapa juga sampe direbutin kayak gitu? Kenapa pada histeris? Mukanya pada sangar-sangar pula mau rebutan cium/pegang. Beneran deh, saat itu saya apatis, tapi penasaran juga. Waktu thawaf pertama, nggak dapet. Kedua juga nggak pegang. Eh, pas thawaf ketiga, sudah selesai putaran ke-7 tinggal sholat doang, tiba-tiba Mbak Sita kebawa arus aja dong. Saya mah santai, cuma berujar pelan: "Ya Allah, kalau emang saatnya bisa megang itu sekarang, bukain jalannya, mudahkan jalannya Ya Allah...." Dan alhamdulillah, emang lagi rejeki saat itu.

Kirain mah, batunya bentuknya nonjol, ternyata melengkung ke dalam. Begitu bisa pegang, baca doa, lalu cium tangan yang tadi nyentuh kan. Seketika sadar, kalau saya ada di kerumunan banyak orang, kaki dan tangan gemeteran, air mata nggak terbendung dan malah pelukan sama Mbak Sita. Mulailah teriak-teriak setelah itu "I'm done, I'm about to out..." Ajaibnya, itu orang-orang yang tadinya mukanya pada sangar langsung berubah seakan ngucapin "selamaaaattttt ied.... ayo gantian dong..."

Langkah masih gontai menuju maqam ibrahim untuk sholat. Nggak tau kenapa ya, rasanya semuanya bergetar aja. Langsung ngerasa kecil, langsung ngerasa lemah, tapi di saat bersamaan rasanya kayak jatuh cinta, kayak bersemangat. Bahagia dan bersyukur sangat. Sholat pun masih sambil gemeteran. Sensasinya itu, luar biasa dan ngangenin!

Setelah kejadian itu, saya dan Mbak Sita tetap berusaha konsisten thawaf. Alhamdulillah, di thawaf berikutnya bisa cium hajar aswad. Alhamdulillah...

Masjidil Haram juga punya banyak cerita. Mulai dari yang berantem sama orang Arab, tukeran kurma sama orang Turki, ngajarin ngaji orang Jordania, kongsian sama orang Malaysia... Ngobrol sama orang Palestina, Oman, Bahrain, Maroko.... Nonton muka-muka Jepang sama Korea lagi ngaji. Ah, this sisterhood and brotherhood is sooooo beautiful and peaceful. Belum lagi saat thawaf itu, mana ada perasaan kuatir sama orang asing? Yang ada mbrebes mili waktu rame-rame teriak bismillahi allahu akbar di titik yang sama dengan aksen-aksen yang beda.

Trus, ternyata di Mekah, saya nggak melulu kamar-masjid-kamar-masjid. Pak Ustadz Ali Fikri ngajak city tour juga. Pertama ke Kandang Unta (saya nggak pernah doyan susu putih ternyata bisa juga minum susu unta, fresh pula; rasanya kata orang-orang mirip bear brand), trus ke Masjid Hudaibiyah, lanjut lagi ke 2 museum masjid suci. 

Pojok kiri atas: minum susu onta, pojok kanan atas: gangguin onta pacaran, bawah: rombongan jamaah

Inside Two Holy Mosque Museum
Masjid Hudaibiyah yang air-nya asin

Esok harinya, sempat juga kami memandangi Jabal Tsur, Jabal Rahmah dan melintasi track haji: Mina, Arafah, Muzdalifah.

Kiri atas: track Jabal Rahmah, Kanan atas: Jabal Tsur, Kiri bawah: Muzdalifah, Kanan Bawah: puncak Jabal Rahmah

Lalu, hari-hari terakhir, kami habiskan dengan mabit, ibadah rutin, dan pastinya belanja-belanja sedikit. Favoritnya sih beli ruthab alias kurma muda yang manis.

And, in our final last day.... apalagi kalau bukan mewek berjamaah... Inget ini semuaaaa....



I think, I really have found a place called Real Home. Definitely couldn't move on now, dear God :)

Sweetest Thing in January: Suddenly Middle East (Part 3 - Makkah)

Memandangi Masjid Nabawi sampai hilang dari pandangan. Tapi, hanya sekitar 15 menit kemudian harus siap dengan tempat berikutnya. Miqat Bir Ali. Rameeee... dan mulai nampaklah rombongan-rombongan bangsa lain yang juga mengambil miqat di sini. Beberapa bawa bendera rombongan. Semarak lihatnya:). Nah, setelah kami sholat 2 rokaat, lalu mulailah niat dilafalkan: Labaika umratan... 

Bir Ali
Mbak Sita: Duta Anti Rokok di Bir Ali :p
Perjalanan dilanjutkan. Saya mulai mellow sekaligus ngantuk, jadi kalau pas nggak mengucapkan labaik allahuma labaik... saya hampir selalu diam di sepanjang perjalanan yang berakhir pada peristiwa ketiduran pastinya. Istirahat juga hanya sekali untuk menjama' sholat magrib dan isya.

Baru hampir tengah malam bus memasuki Mekah, setelah menempuh lebih dari 6 jam perjalanan. Kebayang aja hijrahnya Rasulullah yang jauuuuhhh dan nggak mungkin pake bus AC kan waktu itu. Kirain mah Madinah-Mekah tinggal ngesot, nggak taunya bikin beberapa kali bangun-tidur-bangun lagi-tidur lagi plus ngigo-ngigo pelan labaik allahuma labaik... 

Setibanya di Mekah kami meletakkan barang-barang di kamar. Kali ini dapet lantai 14 aja maakk... Eh tapi gapapa, nengok ke jendela, pemandangannya udah pelataran Masjidil Haram aja. Haseeeekkk... Bersih-bersih dikit, ambil wudhu dan siap kumpul di lobby hotel untuk bersama-sama melakukan ibadah umroh.

Midnight! Touch down Masjidil Haram! Rencananya mau masuk lewat pintu Babussalam biar bisa baca doa yang udah dihapal-hapal dari Jakarta. Nggak taunya pintunya sedang masuk area renovasi. Jadi, ya... seinget saya sih kemarin itu masuknya lewat Gate 5. Lihat ka'bah, langsung baca kebetan doa. Trus langsung lanjut thawaf 7 putaran.

Gate 1 Masjidil Haram
Begitu mulai thawaf, lihat ka'bah, apa ya? Malah speechless, bingung sendiri. Campur-campur perasaannya. Antara senang sama haru. Senyum tapi netes air matanya. Masih nggak percaya bisa sampai sana. Merekam dulu bentuknya di otak, sampe beneran bingung setelah membaca bismillahi allahu akbar, terus apa lagi? Eyabodo norak, namanya juga premier. 

Finally, Your Home...
Nah, lalu... mulai pelan-pelan ngerti yang mana maqam ibrahim, yang mana hijr ismail, yang mana rukun yamani, trus mulai ngintip-ngintip hajar aswad. 

Sempet kesel waktu itu sama sodara se-endonesia tercinta yang bikin emosi. Kenapa coba? Yah, namanya baru pertama, pasti muka masih polos kan, langsung aja gitu saya dan roommate didekati oleh joki hajar aswad "Mau dibantu cium?". Lha, ini saya sama si roommate lagi komat-komit doa mulai nemu nikmatnya thawaf. Belum juga jawab apa-apa, tiba-tiba itu serombongan laki-laki dengan nggak sopannya pegang bahu saya dan roommate saya. 

Lha, ini gimana lagi sih maksudnya? Ibadah kok pake pegang-pegang gitu? Saya tepis lah tangan mereka sambil marah bilang: "Nggak usah!" Tau apa jawaban mereka: "Ibu tidak mau cium, berarti ibu tidak yakin dengan kekuasaan Allah." Eh, sarap bener dah itu orang-orang. Berasa suci, padahal ngambek nggak dapet duit tuh. Hih!

Ok, enough soal thawafnya. Selesai putaran ke-7 kami lalu sholat 2 rokaat di belakang maqam Ibrahim. Rokaat pertama baca al-kafirun dan rokaat kedua baca al-ikhlas. Setelah itu, jamaah kumpul lagi, istirahat minum air zamzam lalu lanjut sai atau melintasi safa dan marwa. Lintasannya nggak terlalu panjang tapi karena 7x lumayan juga. Fisik memang harus kuat ternyata. Nah, setelah selesai, maka tahalul alias potong rambut. Alhamdulillah, umrohnya selesai. Tinggal menyempurnakan dengan thawaf sunnah dan perbanyak ibadah di masjidil haram, dimana sholat di situ keutamaannya 100ribu kali sholat di masjid lain (kalo di masjid nabawi 1000 kali masjid lain).

Monday, February 4, 2013

Sweetest Thing in January: Suddenly Middle East (Part 2- Madinah Session)

Madinah Al Munawarah...
Jam 8 teng, udah kece. Udah mandi, udah wangi, udah sarapan dan duduk manis di dalam bus. Yang lupaaa... wudhu. Hahahaha... dudul emang. Akhirnya saya dan roommate lari-lari ke kamar mandi terdekat buat wudhu. Eh, sebelumnya kenalkan roommate saya yang kece, Mbak Sita. Ibu Sita sih sebenernya, sok muda aja dia:p. Yang jelas dia adalah soul-mate saya selama perjalanan ini. Multifungsi banget, kadang jadi teman, kadang jadi kakak, kadang jadi ibu. My four thumbs up for her :* 

Mbak Sita, Roommate kece nan gesit #eaaaaa

Balik ke cerita. Kenapa harus wudhu, karena mau sholat dhuha di Masjid Quba. Keutamaan sholat di situ, pahalanya seperti melakukan ibadah umroh. Nah, dalam perjalanan ke Masjid Quba, kami melewati beberapa masjid bersejarah yaitu Masjid Ijabah dimana 2 doa Rasul terkabul sementara 1 tidak, Masjid Bilal di Qurban District, dan Masjid Jumuah dimana Rasul sholat Jumat pertama di Madinah. 

Masjid Quba

Pose depan pu'un korma ya
Sampai di sana, kami sholat tahiyatul masjid plus 2 rokaat dhuha, foto-foto sebentar dan lanjut lagi ke Kebun Kurma. Di sana beli-beli sedikit kurma dan coklat trus lanjut ke Percetakan Al Quran trus ke Bukit Uhud. Mataharinya lagi semarak cyiiin, jadi cuma turun sebentar aja dari bus, foto-foto dan dengerin cerita perangnya di dalam bus ber-AC. Jadi, di Jabal Uhud ini Rasul kehilangan 70 sahabat terbaiknya termasuk si tampan nan dermawan Mushab bin Umair (yang dikira Rasul oleh kaum quraisy) dan paman Rasul, Hamzah bin Abdul Muthalib. 

Bukit Uhud

Sejarah Perang Uhud
Nggak kerasa, waktu udah mau dzuhur aja, kami pun kembali ke hotel untuk siap-siap sholat. Malam harinya selepas Isya dan makan malam (iya, makan malamnya abis isya aja dong) ajakan untuk 'ibadah menantang' pun datang. Ngapain? "Ayo, kita ke raudoh!" Saya dan roommate cuma celingak-celinguk. "Apaan tuh?". Emang sih, di kebetan dari Bapak saya ada tuh kata-kata: jangan lupa doain di raudoh. Tapi, saya kan emang suka nggak fokus ya kalo dijelasin.

Jadi, raudoh ini artinya taman surga. Letaknya di antara mimbar dengan makam Rasulullah saw. Merupakan sebuah tempat dimana doa yang dipanjatkan tidak akan tertolak. Bersihin aja hatinya dan jangan lupa wudhu karena kalau bisa, sholat 2 rokaat dan doa yang banyak. Mulai kebayanglah... pasti rame ceu. 

Nah, jam 9 lewat dikit waktu sono, kami ber-10 (tiba-tiba banyak) berjalan kaki ke Masjid Nabawi dan masuk lebih jauh ke dalam untuk ke raudoh. Pimpinan geng malam itu adalah Bu Ana (yang baru aja jadi artis banjir, secara doi ini Kepsek SMA 8 Jakarta yang minggu lalunya aja masih kelelep) yang kasih instruksi buat muka-muka polos planga plongo macem saya ini untuk jalan ke kanan, belok ke kiri, pegangan kuat jangan lepas, dan JANGAN LUPA KALO NANTI UDAH DI KARPET HIJAU MULAI DOA, jangan malah ngelayanin mereka yang ajak adu fisik.

Eh, emang segitunya apa? Ternyata iya lho sodara-sodara. Masuknya antre. Tapi kata Bu Ana, ini adalah MILIK, karena biasanya antre sebelum disuruh masuknya aja bisa sampe 2 jam sementara total kami hotel-masjid-hotel alhamdulillah 1 jam saja.

Jadi ya, mau masuk raudoh ini, yang muka-muka Melayu itu antriannya beda sama yang muka-muka Arab. Diskriminasi? Ah, kalo liat ukuran badan sih malah alhamdulillah, emang baeknya jangan disatuin. Ya tapi, pas di dalem mah tetep aja sodara-sodara, arus manusianya kuat banget. Emang mesti pegangan biar nggak kepisah. 

Banyak banget oraaannngg... Saat itulah saya berpikir 'ada gunanya juga tiap hari gw umpek-umpekan naik kereta. Kuda-kuda dan daya juang lumayan tinggi lah. Semangaaatttt!!! (heroik mendadak).' 

Jadi, saya dan teman-teman pegangan tangan yang kuat yang pada akhirnya kepisah-pisah juga saking padatnya raudoh. Tapi kami sudah janjian di pintu keluar. Nah, di dalam raudoh ini (jadi masjid Nabawi itu kan karpetnya warna merah, area raudoh itu ditandai karpet hijau), mulai lah masing-masing khusyuk memanjatkan doa-doa terbaiknya. Nggak tau kenapa, otomatis mewek aja saya. Ketika akhirnya bisa sholat 2 rokaat walaupun dengan kondisi minimalis, yang keucap cuma bisa syukur alhamdulillah. Setelah selesai, keluarlah kami, lagi-lagi dengan penuh perjuangan. Tapi, tetep, ini judulnya dimudahkan. Hamdallah....

Apa kapok? Nggak! Besoknya nyoba lagi ke raudoh dong abis dhuha. Oh iya, raudoh kalau untuk perempuan dibukanya biasanya jam 8 atau 9 pagi, abis dzuhur dan setelah isya. Kalau laki-laki sih bisa kapan aja asal nggak waktu sholat. Lalu, lalu ya, tanpa sadar, upaya kedua ini kami lakukan pas maulid nabi, 12 rabiul awal. Aha! Makin penuh lah sodara-sodara. Sekilas iseng gitu ngomong dalam hati "Selamat ulang tahun ya Rasul. Seneng ih bisa di sini." (Ya Rasul nggak ngerayain ultah kaliiiiii... yang ada abis itu istighfar sendiri) #selftoyor.

Kali ini antrenya lebih lama dan lebih dramatis. Seperti layaknya bangsa Melayu yang berkepribadian santun kan ya (aheeeyyy), nih orang Indonesia sama Malaysia diselak melulu sama bangsa yang lebih gede. Jadilah, yang harusnya antre dalam posisi duduk berubah menjadi berdiri tegang. Penjaga raudoh sampe teriak-teriak "Ibu duduk, ibu duduk" (silahkan bayangkan orang Arab ngomong bahasa Indonesia). Agak rusuh sih. Kasian liat yang udah simbah-simbah gitu. Tapi karena pada dasarnya mau ibadah, ya pada berdoa aja semua. Akhirnya satu per satu bisa masuk dan sholat juga. 

Di sini banyak hal bisa dipelajari terutama soal kesetiakawanan, rela berkorban, saling menjaga, ikhlas dan pasrah. Utamanya: SABAR. 

Pulang dari raudoh, katanya sore harinya Ustadz minta semua kumpul. Ternyata mau jalan kaki ke Museum Sejarah Masjid Nabawi. Horeeee.... Pulang dari museum, trus pesen Al-Baik sama tim Arab dan dianterin abis Isya. Seneng.... Oia, Al-Baik itu fast food nya orang Arab. Bumbu mayonnaise campur garlic-nya (katanya namanya tum) bikin nagih. Porsinya? Nggak usah tanya. Arabbb gituuu... Yummy definitely!



Keesokan harinya, sudah hari Jumat. Nggak kerasa menjadi hari terakhir di Madinah. Eh sedih dong. Daya tarik Rasul ternyata begitu besar. Rasanya patah hati mesti ninggalin kota ini. Tapi harus semangat, kan mau umrohnya di Mekah. Pasti pesona spiritualnya juga gede. 

I'll see you again beautiful Holy Mosque
Setelah sholat Jumat, dengan bus, rombongan meninggalkan Madinah sudah mandi bersih, pake pakaian ihrom dan siap menuju Mekah Al Mukaromah. Bismillah...

Sweetest Thing in January: Suddenly Middle East (Part 1)

Kenapa 'suddenly' lagi judulnya?

Karena memang tiba-tiba. Tiba-tiba dikasih-Nya jalan dan kemudahan. Meski, tiba-tiba kurang dari sebulan mesti urus ini itu. Usaha agak lebih, ya pas ngantri buat vaksin meningitis di Halim Perdanakusuma. Itupun dapat pertolongan lagi, karena yang jaga tetangga, dapet gratis lah saya. Trus surat cuti yang lumayan lowong dapetnya, dan dikasih bonus 1 hari sama kepegawaian. Hamdallah...

Jadi, berangkatlah saya tanggal 22 Januari itu. Sendirian. Eh, nggak deng, banyak barengan jamaah lain. Beberapa kenal orang tua saya karena saya pake Ummul Quro Depok yang memang sudah familiar dengan keluarga saya. Hamdallah lagi...

Ngejalanin semuanya lempeng aja. Apa ya? Semacem pengen ngomong: "ayo, ayo... come what may lah". Belajar untuk yakin sama keputusan-Nya yang manggil saya sejauh ribuan kilometer itu. Banyak pertanyaan dan nggak sedikit pula harapan yang terkadang menginginkan jawaban.

Perjalanan hampir 8 jam naik Emirates dan transit di Dubai lalu dilanjutkan Dubai-Madinah sekitar 3 jam. Sampai Madinah sudah dekat Subuh. Kami menginap di Hotel Dallah Taibah yang tinggal ngesot ke Masjid Nabawi. Setelah pembagian kamar, saya dan roommate yang dapat kamar 418 meletakkan barang-barang dan ngacir ke masjid Nabawi. Subuh pertama di Arab. Yuuukkk... Lancar? Sekilas sih gitu.

Bandara Internasional di Madinah
Faktanya.... sampai kamar, saya menyalakan lampu dan yang terdengar adalah ledakan! Okay, saya bikin konslet aja gitu. Ah, ya udahlah... karena kebelet pipis, saya pun pake penerangan dari lampu power-bank sementara roommate saya menelepon petugas hotel untuk membetulkan lampu. Selesai taro-taro barang nggak penting, dengan tanpa tanggung jawabnya dan buru-buru karena sudah mendengar bunyi adzan, kami ngabur ke masjid.

Segini lah jarak dari hotel ke masjid di depan tuh
Ya kalo jadi anak bandel, beginilah akibatnya: karena saya asal-asalan, belum sortir barang-barang, makanya begitu sampai di pintu Nabawi, diteriakin aja gitu nggak boleh masuk masjid sama penjaganya karena saya kedapatan membawa kamera. "Astaghfirullah ukhti..., la, la, la..." (tiba-tiba merasa kayak pencuri masuk masjid, untung masih jet lag jadi gak gitu sensitif hatinya).

Duh... masa balik lagi ke hotel sih? Bentar lagi mulai jamaah subuhnya kan. Dan, akhirnya, itu kamera saya masukkan ke kaos kaki dan saya masuk lewat pintu lain. Selamaaaatttt..... Tapi, bener aja dong, itu masjid udah penuuuuhhhh bangeeettt dan saya terpaksa sholat dengan posisi tak mengenakkan  masih dengan kamera di kaki dan posisi nyempil.

Selesai sholat subuh lalu bingung, kenapa deh ini orang-orang pada berdiri lagi? Ternyata, oh ternyata... pada mau sholat jenazah. Jadi ya, hampir setiap selesai sholat fardhu, ada aja jenazah yang harus di-sholatkan. Gimana nggak inget mati ya di tempat ini? Udah makam-nya Rasul di situ, tiap hari juga ada sholat jenazah. 

Ok! Lanjut! Keluar masjid, baru nyadar kalau saya emang baru aja sholat di masjid terbesar kedua di dunia. Itu payung-payung yang tadinya nutup di halaman masjid pun mulai kebuka. Subhanallah, cakeeeepppp.... keren dan canggih gitu.

Payung raksasa-nya mulai kebuka. Baguuuussss
Balik ke hotel ah! Alhamdulillah ya, lampu udah beres. Gantian lah kami yang beres-beres. Katanya jam 8 harus udah siap di lobby hotel. Ngapain? City tour Madinah. Yuhuuu...