By the way, hari ini umur saya 30 tahun dan pagi tadi sudah sarapan pake red velvet cake hadiah dari suami plus secangkir milk tea, jadi sekarang masih kenyang... Ih makasih ya suami baik hati yang ngerti banget istrinya suka drama romantis dan selalu pengen dikejutkan. *siap-siap nonton Cinta di Musim Cherry* hehehehe....
Kece ya kece ya ;) |
Yak, tapi saya bukan mau cerita itu. Saya mau cerita lanjutan perjalanan saya dan suami waktu liburan kemarin. Akhirnya ke Bangkok juga setelah 2 kali ke Thailand malah pergi ke Hatyai sama Krabi. Nah, setelah drama Melaka yang diredakan dengan santai-santai di Saigon, grafik emosi naik lagi pas nyampe Bangkok dong. Kenapa? Ya, namanya pun ibukota ya... jalanan ramai, orang-orangnya ngebut, dan pasang muka sibuk. Kami yang tiba di bandara Don Mueang sore hari dan naik bus A1 menuju BTS Mo Chit untuk lanjut ke BTS Sala Daeng dan jalan menuju Thrive The Hostel di daerah Patpong, jadi merasa seperti orang yang baru pulang kerja dan rebutan naik bus. Iya, kami berdiri di dalam bus yang ongkosnya cuma THB 30 dan bersisian dengan para pelancong yang membawa koper dengan wajah sungguh-sungguh sibuk. Mungkin hawa kotanya membuat kami semua seperti diburu-buru.
Kami juga sih yang memang memutuskan mau irit sehingga jika bepergian memang selalu menggunakan transportasi massal. Bikin itinerary komplit pake estimasi ongkos BTS dengan berpanduan dari website http://www.bts.co.th/customer/en/02-route-current_new.aspx jadi bisa memperkirakan biaya yang akan keluar. Nah, untuk liburan di Bangkok ini kami menghabiskan waktu 2 hari ditambah 2 hari lagi melipir ke arah pantai di Barat Daya Bangkok yaitu ke Cha Am dan Hua Hin.
Tiba di BTS Sala Daeng, kami agak kesulitan mencari lokasi Thrive The Hostel. Agak lama menemukan dan rasanya jauh. Padahal teman-teman sudah memberikan ancer-ancer. Ya, pengaruh rasa lelah membuat kami agak bodoh menerjemahkan peta. Btw, hostel ini didapat dari rekomendasi teman Alif dan teman saya dan mereka bilang ada jalan tembus 'ajaib' untuk bolak-balik BTS-penginapan. Untuk langkah pertama, tentunya kami lewat jalan normal. Nah, selesai kami beberes, malam harinya sekitar pukul 8 barulah kami siap jalan-jalan lagi. Mau lewat jalan 'ajaib' ah.
Berjalan di jalan ajaib sungguh menegangkan buat suami saya. Iya, ini jalan isinya gay bar dan sejenisnya yang menyambung ke Thanon Thaniya yang merupakan red district-nya Patpong. Tapi, demi jalan cepat ya sudahlah ya... lewat saja. Nah, di Thanon Thaniya ini kami beli sim card merek AIS di Sevel setelah sebelumnya nggak beli di bandara. Kenapa? Karena kami cuma 4 hari-an di Thailand dan nggak butuh banyak data sementara di bandara dijual 1,5 gb. Kami memutuskan membeli yang hanya 500 mb dengan harga THB 199 (ya, paling cuma butuh untuk aplikasi maps, sedikit update status, dan yang terpenting bisa mengabari keluarga. Toh, di penginapan ada wifi).
Malam itu, kami pergi ke Asiatique setelah naik BTS dari Sala Daeng turun di Saphan Taksin dan melanjutkan dengan free boat. Katanya, jam terakhir beroperasinya pukul 23:30. Jadi, yaa... saya dan suami tidak akan lama-lama di sana. Seru yaaa jalan-jalan di Asiatique. Nyaman dan menyenangkan selain bagus untuk foto-foto. Makanan halal juga ada di sana, tapi malam itu belum tergerak untuk makan jadi ya sudah kami menikmati suasana saja dan kembali ke penginapan.
Pemandangan Asiatique dari free boat |
Free shuttle boat untuk bolak balik Sathorn Pier (Saphan Taksin) - Asiatique |
Main-main di dalam Asiatique |
Esok harinya kami pergi ke area Grand Palace, tapi lagi-lagi karena nggak fokus, salah belok. Setelah mengikuti petunjuk orang-orang untuk pergi ke Saphan Taksin dan naik kapal berbendera orange atau kuning (supaya bayarnya THB 15 per orang) dan tiba di dermaga N9, kami malah belok kanan. Akhirnya sampe di Wat Pho dulu. Eh tapi alhamdulillah, masih sepi jadi leluasa foto-foto di Wat Pho. Setelah membayar tiket THB 100 (gratis air mineral) kami keliling Wat Pho yang ditutup dengan foto andalan di reclining Budha.
Wat Pho |
Lepas dari Wat Pho, kami berjalan memutar ke arah Grand Palace dan mendapati kerumunan padat orang-orang yang membuat kami merasa amat enggan masuk ke dalamnya sehingga memutuskan untuk memoto Wat Phra Kaew dari sisi luar istana saja. Lagipula kalau masuk harus bayar THB 500 (walau ada bonus masuk Dusit Palace juga). Kami lalu lanjut berjalan ke arah dermaga N8 dan memandang Wat Arun di seberang yang sedang DIRENOVASI AJA DONG. Jadi... bye deh ah males juga. Hihihi... padahal mah jadi bisa ngirit THB 3 buat boat + THB 50 buat masuk Wat Arun. Lhaaa... trus jadinya ngapain dong kalo cuma masuk Wat Pho? Tenaanggg.... kita lanjut cari tempat kece. Btw, banyak buah-buah segar di sekitar areal wisata ini, nggak ada salah nya lho cobain beli. Harganya bervariasi antara 30-40an baht, kecuali duren ya. Hihihi...
Wat Phra Kaew dari sisi luar Grand Palace |
Wat Arun-nya keliatan lagi direnovasi |
Okey, lanjut perjalanan. Setelah balik lagi ke Saphan Taksin, kami naik BTS ke Victory Monument dan lanjut cari bus ke arah Dusit Zoo dari halte besar di depan kawasan Rajavithi Hospital. Katanya bisa naik bus no. 28, 108, 510 atau 515. Kebetulan kami naik bus nomor 28 yang AC dengan ongkos THB 13 per orang. Tiba di halte Dusit Zoo lanjut jalan sekitar hampir 1 km ke gerbang Vimanmek Mansion dan masuk ke situ. Bagus banget tempatnya. Oia, tiket masuk situ THB 100 dan ada tur berbahasa Inggris pukul 11:00 dan 14:00. Berhubung kami sampai tengah hari bolong, jadi istirahat dulu untuk kemudian ikutan tur jam 14:00. Jadi Vimanmek Mansion ini adalah tempat peristirahatan King Rama V. Ada banyak cerita-cerita terutama soal koleksi-koleksi keramik sang raja dan bagaimana raja ini pinter banget sampe sekolah di luar negeri dan menjalin persahabatan dengan negara-negara lain lewat perdagangan (ya pesen-pesen keramik atau barang mahal apalah). Seru masuk mansion ini karena kan lantainya dari kayu jati asli. Adem...
Selesai tur, kami lanjut lagi. Ngapain? Mau nengokin Ananta Samakhom Throne Hall. Ini tempat bagusnya kebangetan kayak lagi di eropa (belom pernah ke sana padahal sih). Tapi, lagi-lagi kami nggak masuk karena kali ini udah kelaperan bangeettt dan capek luar biasa. Jadilah kami cukup berfoto-foto di luar. Next time ke Bangkok, mau ah masuk. Oia, harga tiket masuk ke sini THB 150. Ini museum juga sih sebenernya isinya, tapi kalo baca-baca review orang, baguuusss banget. Sayang sebenarnya harus terlewati.
Nah, karena udah kelaperan, kami balik ke Victory Monument (kali ini dapat bus no. 28 tanpa AC ternyata tarifnya THB 6,5 per orang) dan lanjut naik BTS ke Ratchathewi untuk main-main ke Mall Platinum. Bukan main sih ya, sholat dan makan aja. Daaannn...saya sukaaaa banget sama mall ini karena tempat sholat-nya bersih, bagus, ada lotion-nya juga plus makanan halal di food court-nya harganya terjangkau (sekitar THB 45 untuk semangkok hidangan sejenis bakso). Mushola di mall ini untuk laki-laki ada di lantai 5 dan perempuan di lantai 2 di zona 2 dekat lift dan toilet.
Nah... setelah cukup istirahat, tadinya kami mau ngemil-ngemil cantik di depan Platinum tapi entah gimana akhirnya malah jalan terus keluar mall mengarah berbelok ke Jalan Ratchadamri. Melihat ada supermarket Big C kami belok dan iseng ngecek harga Nestea Thai Milk Tea. Ternyata miriiiinggg harganya. Kalau di tempat lain sebungkus THB 100, di Big C cuma 90, jadilah kami beli 6 bungkus untuk oleh-oleh dan titipan teman. Selepas belanja dan minum kelapa, kami mencari BTS terdekat (ternyata ada BTS Chit Lom) dan kembali ke penginapan. Harus istirahat nih karena besok mau jalan-jalan ke luar kota. Hihihi.. Oh btw, saya kalo beli kelapa kecil di Thailand suka gemes karena itu kan kelapa muda ya, tapi nggak dikerokin sama yang jual padahal saya suka sekali sama degan-nya. Akhirnya kelapa yang sudah habis airnya itu nggak saya buang tapi saya bawa ke penginapan, saya beli air kelapa kemasan di sevel, dan sesampai di kamar di penginapan saya makan daging kelapanya dengan air kelapa kemasan. Hehehe... Saya nggak mau rugi orangnya!
Asik ya, menutup hari dengan manisnya kelapa Thailand ;)
No comments:
Post a Comment