Tuesday, August 25, 2015

SEA Trip 2: Yeay Saigon!

Sore ini, saya rindu dengan suasana kota Ho Chi Minh. Kota yang dulunya bernama Saigon ini punya kesan tersendiri buat saya. Pertama kali menginjak kota ini terbesit kesan meriah. Lampu dan suasana taman kota yang dipenuhi oleh masyarakat setempat dan para wisatawan dengan beragam aktivitas di dalamnya masih tergambar jelas. Sore ini, pikiran saya melayang ke suatu sore di sana. Sebuah taman kota di pinggir Jalan Pham Ngu Lao, Ho Chi Minh, di mana orang-orang sangat menikmati apa yang ada di sekelilingnya.

Sore ini, saya begitu rindu dengan suasana kota Ho Chi Minh, berharap bisa turut berada di sana sambil menikmati suasan menjelang petang.


Kiriman WhatsApp dari suami saya, Alif, yang sore itu sedang berdesakkan di dalam Commuter Line arah Bogor. Rupanya dia sudah rindu Saigon. Saya tertawa saja, karena tidak biasanya dia membuat jejeran kata romantis untuk memuja sesuatu. Ya tapi wajar, kota itu memang memberikan kesan di luar dugaan kami. Setelah sempat mendengar cerita-cerita soal scamming dan semrawutnya lalu lintas di sana, kami memang pasang rambu hati-hati dan waspada begitu kaki kami menginjak Bandara Tan Son Nhat. Tapi apa yang kami temui? Meriah dan ternyata Ramah! Hmmm... mungkin karena terbantu review dan catatan perjalanan para bloggers sehingga kami menemukan celah untuk merasa nyaman di kota terbesar di Vietnam ini.

Itu gambar bawah, kotanya kayak ada lempengan emas. Entah apa sebenarnya


Tiba malam hari di bandara, sudah tidak ada bus kota dan harus naik taksi. Jadi, setelah melewati antrian imigrasi yang alhamdulillah cepat sekali, kami menukarkan uang Dollar ke Dong di dalam bandara (yang menurut review-review di blog adalah rate terbagus) lalu bergegas keluar bandara sambil harap-harap cemas lirik kiri kanan mencari lokasi pemberhentian taksi. Ternyata, keluar sedikit ke kiri sudah banyak taksi berjejer dan mata kami mencari taksi Vinasun atau Mailinh yang katanya paling aman. Yang nampak lebih dahulu oleh mata adalah taksi Vinasun jadi kami langsung masuk ke dalamnya. Sopirnya masih muda dan tidak bisa berbahasa Inggris. Tapi kami sudah siapkan print lokasi hotel berikut rutenya. 

Ih ngirit banget cuman nuker segitu. Hihihi...

Kami menginap di Kien Hotel, Bui Vien, sebuah area di District 1 yang bersisian dengan jalan Pham Ngu Lao. Dalam perjalanan ke hotel kami melewati Reunification Palace dan Ben Thanh Market sehingga cukup tau ancer-ancer perjalanan esok hari. Lokasi hotel memang cukup strategis, kamar hotelnya juga bersih, pengelolanya jago Bahasa Inggris, helpful dan yang penting harga hotelnya murah. Yaaa... mungkin karena hotel ini masuk di dalam gang. Untuk 2 malam kami kena tarif hanya Rp. 417.000 (pesan via AirAsiaGo) dan karena keberuntungan, kami mendapatkan kamar dengan balkon yang seharusnya dihargai USD 28. 


Sederhana dan murah tapi bagus, bersih, rapih, nyaman. Cocok buat budget traveler ;) 

Esok harinya, sekitar pukul 09:00 kami keluar hotel untuk berkeliling kota. Sebenarnya, ada keinginan untuk bisa pergi ke Mui Ne, tapi kondisi pasca operasi membuat saya enggan bepergian dengan bus dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya, disepakati untuk putar-putar kota saja. Keluar dari jalan penginapan, kami melintasi taman kota yang dirindukan suami saya itu. Begitu taman habis, nampaklah Ben Thanh Market dan terminal bus di depannya. 

Taman seberang Pasar Ben Thanh

Tapi, pagi itu kami mencari Nguyen An Ninh atau Malaysian Street dulu, yang ternyata posisinya ada di sisi kiri pasar Ben Thanh. Niatnya brunch dan akhirnya memutuskan makan di Rumah Makan Hj. Basiroh. Suami seperti biasa pesan nasi lemak lah ya, kalau saya, mumpung ke Vietnam kenapa nggak coba Pho saja (yaaa...kalau rasanya kurang cocok, bisa makan nasi lemaknya suami :p). 


Pho Halal, harganya sekitar Rp. 35.000

Ternyataaa..... Pho nya seger... Ini enaknya banget-banget. Masih kebayang bentuk dan rasanya sampe sekarang. Selain mie-nya yang dibuat lembut, toge/kecambah panjang-panjang yang dibuat setengah matang-nya berpadu pas dengan kaldu dan irisan daging sapi empuk plus irisan bakso besar rasa lada hitam. Apalagi ditambah sambal dan perasan jeruk nipis yang dicampur irisan cabe rawit merah kecil. Enaknyaaaa.... Tapi saya kurang suka sama daun selasihnya. Rasanya aneh kayak mentol. Mungkin lidah saya saja yang kurang cocok dengan paduannya. Overall, aku mau balik lagi ke Hj. Basiroh dong :D. Apalagi, ada jajanan enak. Suami beli martabak sementara saya pilih bingka ubi kayu (bingka singkong) buat bekal yang harganya masing-masing VND 25.000 (skitar Rp. 13.000).

Setelah kenyang, mulailah kami jalan kaki berbekal peta dari Mbak pengelola Hotel dan panduan jalan yang sudah dibuat. Pertama, masuk Ben Thanh Market. Mirip Pasar Beringharjo deh. Hehehe... Bedanya, ini isinya souvenir-souvenir gitu. Dan karena niatnya memang cuma masuk jadi ya sudah kami melintas saja dan lanjut berjalan kaki melintasi jalan Le Loi mengikuti arah orang-orang ramai berjalan. Selama berjalan, rasanya seneng banget karena ramai tapi nggak macet. Menengok ke arah seberang kanan, nampak Bitexco Tower dan setelah berjalan lurus terus menengok ke kiri, tiba-tiba melihat bangunan yang familiar waktu googling. "Lha, udah nyampe city hall aja ini kita," kata saya. Kami pun foto-foto dan ngobrol-ngobrol sambil menikmati pemandangan area city hall yang lapang. "Malam pasti bagus nih," kata suami dan akhirnya kami memang kembali lagi di malam harinya dan dibuat terkesan dengan permainan air mancurnya. Simple lho sebenarnya, tapi baguuuusss karena itu di ruang terbuka yang bisa diakses dengan mudah. 

Seru ya seru ya city hall dan air mancurnya

Puas foto-foto kami lanjut lurus berjalan dan melihat Saigon Opera House. Setelah itu, kami mampir ke Lucky Plaza di sisi kanan jalan dengan niat berbelanja souvenir. Waktu itu sempat cek katanya belanja di Lucky Plaza nyaman dan terhindar dari jebakan harga. Tapiiiii, yang kami tidak ketahui adalah Lucky Plaza bagian mana. Maka, kami pun lumayan kena 'tipu' karena malah membeli 5 potong magnet kulkas dan 1 t-shirt di lantai bawah, pakai tawar-menawar. Iyaa.... kami salah. Harusnya, naiklah ke LANTAI 3, cari SWALAYAN dan berbelanjalah dengan HATI BENERAN NYAMAN karena harganya murah dan fixed! Lumayan nyesel belanja di bawah tapi well, emang ada aja yang begitu sih kalo kita jalan-jalan. Hihihi...

Di lantai 3 kami belanja pakai kartu kredit (padahal juga belanjaan nggak sampai Rp. 200 ribu, tapi takut uang Dong-nya habis, karena memang kami cuma menukar USD 50 untuk kebutuhan 2 hari di HCMC). Lumayan, dapat jajanan lucu halal yaitu kripik biji lotus yang katanya berfungsi menstimulasi sistem pencernaan dan cocok untuk diet karena juga bisa menyeimbangkan sistem asupan tubuh. Ya, entahlah, yang jelas saya doyan karena manis kriuk-kriuk kayak kripik jagung. Nah, untuk sebungkus 250 gram, harganya sekitar Rp. 50.000. 

Ini lho Lotus Seed Chips

Habis belanja oleh-oleh, ternyata sudah masuk waktu sholat Dzuhur, maka meluncurlah kami ke Masjid Musulman (Saigon Central Mosque) yang tidak jauh dari Lucky Plaza (tinggal belok kanan kalau sudah ada di Jalan Dong Khoi) dan di seberangnya ada Restoran Halal@Saigon. Tapi kami nggak coba masuk resto-nya karena masih kenyang. Jadilah kami men-jamak sholat, berteduh sebentar, dan beli es krim seharga VND 10.000, menyantapnya dan berkenalan dengan sekelompok anak muda asal Malaysia yang juga sholat di masjid itu. Senengnya traveling ya kayak gitu, dapat kenalan, nambah teman instagram dan bikin kita makin ngerasa berwarna. 

Masjid Musulman dan foto dari IG nya @zainurassyiqin, temen baru

Udah seger, lanjut lagi perjalanan pengen liat sungai kayak apa. Sebenernya kalau sore-sore asik banget jalan-jalan di tepi sungai, tapi karena waktu itu siang lumayan terik, jadi keliatan biasa-biasa aja sungainya. Kami istirahat dan duduk-duduk sebentar trus lanjut mencari Notre Dame Cathedral yang katanya berseberangan dengan Saigon Central Post Office. Matahari sedang kurang bersahabat ketika kami tiba di Cathedral, jadi hasil foto kurang bagus. Kami pun buru-buru masuk ke Kantor Pos supaya teduh. 



Kantor Pos-nya nyenengin banget. Tegel-nya bagus, arsitekturnya juga sederhana tapi megah, trus bisa foto-foto di telephone box. Yang paling penting, bisa belanja souvenir yang mewakili Vietnam dengan harga wajar banget. Ah, love, love, love....



Puas berkeliling, kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat karena malamnya pengin balik lagi ke city hall memandangi lampu-lampu-nya dan berbaur dengan warga menikmati air mancurnya. Btw, kami memang tidak pergi ke War Remnants Museum karena saya nggak cukup niat melihat peninggalan perang. Akhir perjalanan kami memang antiklimaks. Ini karena sebenarnya selesai berjalan malam kami ingin mencari banh mi halal di Bui Vien dekat Masjid Nancy atau Masjid Jamiul Islamiyah tapi ternyata lumayan jauuuhhhhh dari penginapan. Jadilah kami belok ke Circle K dan berakhir di kamar menyantap Indomie rendang dan cabe hijau. Hehehe... Yang penting halal.

Esok harinya, kami bersiap-siap ke airport untuk perjalanan selanjutnya setelah sekali lagi berjalan melintasi taman kota dan city hall. Ahhhh... berat meninggalkan HCMC. Berat karena masih banyak yang harus dikunjungi tapi tenaga dan waktu yang belum memungkinkan. Ya, mungkin lain kali. Bahkan saat keluar hotel, saya seperti orang curhat ke Mrs. Feung sang pengelola hotel, mulai bicara nggak jelas bahwa saya bakal balik lagi ke Vietnam, yang pastinya cuma dijawab "thank you, thank you, bye"...

Nah, kali ini kami kembali ke airport tidak dengan taksi karena mau ngirit. Jadilah kami menunggu bus kota di terminal di seberang Ben Thanh Market. Cari saja lorong bus yang ada tulisannya 152 yang arahnya menjauhi jalan Pham Ngu Lao. Cukup keluarkan uang VND 5000 per orang (ih nggak sampe Rp. 3000), duduk manis sekitar 45 menit dan turunlah di airport pemberangkatan internasional. 

Time to say goodbye dan lanjut terbang lagi. Kemana? BANGKOK kakak!... Horeee..... Bye...bye... Vietnam.... Cam o'n Saigon....

1 comment:

Unknown said...

eitsss.....puisi ala2ku masuk juga ya....hehehe