Tuesday, October 9, 2012

Trip to China Part 3 - What's Left


We love you, Kate
Kece berkat si Kate
Pertama bertemu di Window of The World. Seorang wanita lokal paruh baya yang mengantarkannya ke tangan kami. Sempat terjadi perdebatan dalam proses penyerahannya.

Eh, lebay! Ini ngomongin si Kate doang padahal. Topi penyelamat dari bahaya panas dan hujan serta pemanis saat penampilan sudah kumal. Kenapa namanya Kate? Gara-garanya saya suka sok-sok-an bergaya macem Kate Middleton. Jadi suka keterusan nyebut: jangan lupa si Kate dibawa. Maka, sedih sangatlah kami saat si Kate ketinggalan di pesawat Shenzhen-KL. Emang si Kate ini limited edition. Edisi China doang ya, Kate.


China di mata perempuan 20 tahun
Anita, yang nama China-nya saya lupa. Pertama bertemu dalam cuaca angin dingin Guilin Cuma memakai t-shirt dan celana pendek serta wedges, sementara saya pakai pakaian panjang lengkap dengan cardigan. Punya keinginan kuat untuk bisa berkomunikasi dengan orang asing dan memang bahasa Inggris-nya sangat-sangat lumayan dibanding yang lain.

Si Anita
Pertanyaan pertama Anita: “So, in Indonesia, which one is called beautiful, fat or thin?”, sambil dia memandang saya yang ceking dan Shima yang lebih berisi. Yuk mari, isu berat badan ini kok penting amat ya di China?

Dengan gaya duta bangsa, saya dan Shima berkolaborasi hingga menghasilkan jawaban yang seingat saya intinya: “it depends on how the women behave”, yak okesip lah jawabannya.

Percakapan panjang terjadi di dalam bus kembali dari Yong Shuo ke Guilin. Dari Anita kami mengetahui bahwa perempuan China memang dituntut untuk menjadi cantik agar mendapatkan pasangan. Yang sudah mendapatkan pasangan pun harus was-was kalau tidak bisa menjaga keindahan tubuhnya. Bahkan, bila telah menikah, tidak sedikit pria China yang berpikir mencari pendamping lain atau melakukan poligami demi memandangi pasangan yang kinclong. Eh tapi, yang perempuan juga begitu. Poliandri mungkin terjadi bagi mereka yang banyak uang. Trus bagaimana dengan gaya para pria? Well, mereka akan menata rambutnya dengan gaya dan memakai pakaian mahal.

Buat Shima.... Hey, I'm sorry, best friend
Iya, gw mengacau. Menurut lo, mungkin di umur segini udah nggak seharusnya jalan sama sahabat tapi sama pasangan. Kenapa lo ngomong gitu? Karena lo melihat ada masa-masa di mana gw nggak fokus. Pikiran gw ada di suatu tempat dan bukan bersama lo. Gw jadi seperti ansos di perjalanan kali ini. Lo tau, gw sebenarnya cuma baca ulang sms, chat, dan email yang kesimpen di bb gw. Mungkin lo bener, gw lebay merindu. Kalau lo mau tau yang sesungguhnya terjadi, gw pun bingung lagi kenapa. Too much question marks and I myself just couldn't answer. Sorryyyyyy.....

Well, maafkan gw ya Shima. Ego gw bilang: suka-suka gw dong, mau ngapain di perjalanan ini. Toh, gw selalu nimpalin kalo lo ajak ngomong. Sebenernya lo tinggal bilang sih: “udah napa maen hp-nya”. Pasti gw stop juga. Cuma ya, namanya kita sama-sama lagi capek dan gw juga lagi kurang peka. Gw cuma bisa minta maaf dan berharap, ya kalo So7 bilang, ini adalah salah satu Kisah Klasik kita untuk Masa Depan.


No comments: