isi buku tamu, saya dipinjemin sandal yang matching dong sama outfit:)
Dua lajur jalan panjang membawa kami menuju sebuah rumah utama dimana telah menunggu 8 orang pengunjung lain. Hanya kami ber-10, serasa tur privat. Lalu, setelah mengisi buku tamu dan dipinjamkan sandal rumahan (supaya museum tetap steril), eksplorasi pun dimulai.
halaman museum
Mirza menjelaskan dengan terperinci dan detil seluruh bagian museum mulai dari halaman depan dan masuk pelan-pelan menjelajahi ruangan demi ruangan rumah berbentuk botol milik Sjahrial Djalil itu.
Petualangan waktu dimulai dengan menemui Loro Blonyo dari abad ke-19, di ruang utama. Kemudian masuk melintasi arca Buddha Myanmar yang sudah dibaptis oleh pendeta Budha tertinggi. Lalu di sisi kiri, terpampang megah sebuah lemari kaca berisikan banyak patung, seperti terakota kesuburan wanita asal Meksiko, patung bunda maria, altar mini dari abad ke-19.
Masih di ruangan yang sama, patung Singagaruda dengan figur naga memakan ular dan ular memakan tikus menarik perhatian. Belum lagi tempat menyimpan perhiasan berwujud troika, kuda berkepala 3, terlihat unik.
Masuk ke Ruang Makan Dewi Sri, seperangkat alat makan tersusun rapih di atas meja jati. Kursi dari kayu mahogani melengkapi ruang makan yang letaknya bersisian dengan dapur itu. Pemandangan unik juga bisa dilihat di dapur yang dijaga sang penjaga dapur dari abad ke-20. Diletakkan pula timbangan art nuveau dan imperial galon dari India abad ke-19.
Perjalanan dilanjutkan menuju ruangan yang lebih personal yaitu ruang kerja dan kamar tidur, setelah sebelumnya melintasi teras transisi berhiaskan arca wisnu dari abad 16, arca dwarapala, tempayan Myanmar, arca siwa, arca nandiswara abad 9, buddha muchalina abad 13, buddha sakyamuni abad 17, dan beberapa guci.
Di dalam ruang kerja terdapat koleksi tertua yaitu amphora dari tahun 4800 SM. Terakota pra columbia abad 1 SM pun ada di sana serta benda kubur berupa patung laki-laki asal Sumbawa yang masih misteri. Tapi, mata saya tertumbuk ke sebuah lukisan bergambar sudut kota paris, karya Nefero dari abad 19 di belakang meja kerja. Indah.
Saya jatuh cinta dengan Ruang Singaraja. Sebenarnya kamar mandi seluas 110m persegi yang tertata bersih, rapih dan komplit. Sebagai maskot, terdapat Patung singagaruda dari Singaraja abad ke-19. Begitu pribadinya ruangan ini, sang pemilik tempat menempatkan sketsa wajah miliknya tersembunyi di dalam toilet. Unik, beliau memang tidak suka tersekspos.
Petualangan waktu dimulai dengan menemui Loro Blonyo dari abad ke-19, di ruang utama. Kemudian masuk melintasi arca Buddha Myanmar yang sudah dibaptis oleh pendeta Budha tertinggi. Lalu di sisi kiri, terpampang megah sebuah lemari kaca berisikan banyak patung, seperti terakota kesuburan wanita asal Meksiko, patung bunda maria, altar mini dari abad ke-19.
Masih di ruangan yang sama, patung Singagaruda dengan figur naga memakan ular dan ular memakan tikus menarik perhatian. Belum lagi tempat menyimpan perhiasan berwujud troika, kuda berkepala 3, terlihat unik.
Masuk ke Ruang Makan Dewi Sri, seperangkat alat makan tersusun rapih di atas meja jati. Kursi dari kayu mahogani melengkapi ruang makan yang letaknya bersisian dengan dapur itu. Pemandangan unik juga bisa dilihat di dapur yang dijaga sang penjaga dapur dari abad ke-20. Diletakkan pula timbangan art nuveau dan imperial galon dari India abad ke-19.
Perjalanan dilanjutkan menuju ruangan yang lebih personal yaitu ruang kerja dan kamar tidur, setelah sebelumnya melintasi teras transisi berhiaskan arca wisnu dari abad 16, arca dwarapala, tempayan Myanmar, arca siwa, arca nandiswara abad 9, buddha muchalina abad 13, buddha sakyamuni abad 17, dan beberapa guci.
Di dalam ruang kerja terdapat koleksi tertua yaitu amphora dari tahun 4800 SM. Terakota pra columbia abad 1 SM pun ada di sana serta benda kubur berupa patung laki-laki asal Sumbawa yang masih misteri. Tapi, mata saya tertumbuk ke sebuah lukisan bergambar sudut kota paris, karya Nefero dari abad 19 di belakang meja kerja. Indah.
Saya jatuh cinta dengan Ruang Singaraja. Sebenarnya kamar mandi seluas 110m persegi yang tertata bersih, rapih dan komplit. Sebagai maskot, terdapat Patung singagaruda dari Singaraja abad ke-19. Begitu pribadinya ruangan ini, sang pemilik tempat menempatkan sketsa wajah miliknya tersembunyi di dalam toilet. Unik, beliau memang tidak suka tersekspos.
Melintasi ruangan-ruangan lain, bertebaran benda peninggalan sejarah asal Indonesia dan Asia seperti dari zaman Majapahit atau berbagai benda dari dinasti di Cina yaitu Tang maupun Qing. Oia, favorit sang empunya adalah patung kuda berwarna hijau dari Dinasti Tang di abad ke-9.
Peninggalan kebudayaan di Eropa pun tak luput dari koleksi. Tengoklah beberapa patung dewa, kaisar, dan legenda. Bahkan terdapat tempat minum milik Napoleon Bonaparte di abad ke-18.
Koleksi museum
Tentang Sang Pemilik...
Sjahrial Djalil. Lahir di Pekalongan. Benci diabadikan gambarnya. Barang pertama yang dibelinya adalah sebuah lampu hexagonal yang diperolehnya di Jalan Surabaya.
Kini usianya 72 tahun. Masih tampak bersemangat menemui kami usai tur museum. Misinya adalah menyelamatkan barang warisan budaya Indonesia yang banyak tersebar. Beliau pun berkeliling dunia mencarinya. Kebanyakan diperolehnya dari Balai Lelang Christie di London. Bahagia kami menemuinya. Senang kami mendengar ceritanya. Tapi agak berat mendengar pesannya, "Museum ini punya anda semua, saya tidak percaya pemerintah. Saya berharap anak-anak muda Indonesia bisa menjaga warisan ini."