Sinar matahari sudah cukup terik pagi itu ketika sopir bus menurunkan kami di kawasan Bangunan Merah. Kami memang kesiangan karena kelamaan mengagumi Masjid Al-Azim, Melaka. Bukan salah masjidnya, tapi tempat itu terlalu khidmat bagi kami untuk menunggu subuh, menjadi jamaahnya, bahkan bisa sekalian menumpang mandi. Gratis dan nyaman.
Iya, penerbangan Air Asia semalam mendaratkan kami di negeri tetangga pada pukul 09:35 dan dengan cita-cita sholat subuh di Masjid Selat Melaka, kami memutuskan membeli tiket bus Transnasional seharga RM 24 per orang dan berangkat pukul 01:30 (dari seharusnya jadwal pukul 01:15). Ternyata, tidak butuh waktu lama untuk tiba di Melaka Sentral. Belum tuntas kantuk kami, sopir sudah menyuruh kami turun dari bus masih dengan kondisi mata yang belum sempurna terbuka. Pantas, baru jam 03:30.
Melaka Sentral pun masih tidur, hanya ada beberapa taksi dan sebuah tempat makan India dengan lampunya yang terang benderang menyambut kami. Jadi, di sanalah kami berpikir apakah jadi melanjutkan perjalanan ke Masjid Selat Melaka. Sadar bahwa tidak pandai tawar menawar harga, kami urungkan niat naik taksi ke Masjid Selat Melaka dan mendapat info dari sang pengelola tempat makan bahwa ada masjid besar yang cantik tidak jauh letaknya dari situ dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Ternyata jalan kaki yang dimaksud adalah melintas highway dan jarak dekat yang dimaksud adalah lebih dari 2 km. Cukup melelahkan, terlebih selepas mandi kami harus menempuh jalan yang sama untuk pergi ke Melaka Sentral. Bisa dipastikan keringat sudah bercucuran ketika kami masuk ke dalam bus di platform 17 Melaka Sentral (cukup bayar RM 1,5) yang mengantar kami ke kawasan wisata Melaka.
Apa rencana pertama? Mencari tiket kembali ke KLIA 2 yang menurut informasi bisa dibeli di Mahkota Medical Centre. Sayangnya, kami tidak mendapatkan informasi kalau counter tiket tidak beroperasi pada hari Minggu. Jadilah dengan langkah gontai kami sepakat untuk nostalgia sebentar perjalanan kami 2 tahun silam, mencari sarapan, dan kembali ke Melaka Sentral untuk mencari cara kembali ke KLIA 2 setelah membaca service routes website-nya bikin kami cemas karena tidak ada jam keberangkatan yang pas.
Jadiiii.... sudah pasti gagal rencana kami main ke Masjid Selat Melaka dan makan siang di Kedai Upin Ipin. Nikmati saja apa yang ada di depan mata. Jalan santai dari Mahkota Medical Centre kembali ke Bangunan Merah, foto-foto sebentar dan langsung pergi ke Jonker Street. Iya, kami mau mencoba Jonker 88 yang terkenal itu.
Kawasan Bangunan Merah dan Melaka River di seberangnya |
Mumpung masih rapih, pose di depan Jonker Street |
Menu Jonker 88 pesanan kami yang sungguh lebih enak rasanya dibanding penampilannya. Cukup keluarkan RM 15 per orang dijamin puas! |
Selesai makan, kami pun bergegas kembali ke Bangunan Merah untuk mencegat bus kembali ke Melaka Sentral. Suami sudah khawatir bahwa kami harus pergi ke Puduraya atau Terminal Bersepadu Selatan baru ke KLIA 2 kalau ketinggalan bus. Wuihhhh.... menegangkan karena rasanya seperti kejar-kejaran.
Alhamdulillah, ternyata dari Melaka Sentral, ada bus yang berangkat ke KLIA sekitar pukul 13:00. Tenanglah kami dan bahkan bisa melepas penat di McD Melaka Sentral walau hanya memesan es krim dan pai epal. Irit tapi pas.
Kenapa kami mesti buru-buru dari tadi? Itu karena kami harus berangkat ke HO CHI MINH pukul 19:40 dan kami tidak mau berspekulasi tentang macetnya jalan di akhir pekan. Jadi, lebih baik menunggu di airport, sholat, dan istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan kami yang masih panjang.
1 comment:
seruuu ya.....
Post a Comment